PengikutnEy FacebookBlog ArchiveLink FriendsShoutmiX |
|
AKU... | 17.15 |
komentar (2)
Filed under:
|
Aku pun menyadari itu, aku manusia, bukan malaikat yang ditugaskan
untuk “bertakwa” (tunduk dan patuh) terhadap perintahNya, bukan juga
superhero yang tampak superkuat. Aku layaknya manusia lainnya, yang
pernah (atau sering?) mengeluh jika ada kejadian yang tidak mengenakkan,
yang masih kurang bisa bersyukur (masih belajar), yang mungkin terlihat
cerdas padahal masih bodoh, yang masih menyimpan banyak harapan dan
impian (DAN berharap semua tercapai dan terbaik, padahal belum tentu).
Aku bukan ahli agama, tapi setidaknya aku mempunyai “sistem hidup” yang aku pegang saat ini, orang bilang religion/agama, aku bilang itu adalah “Dien”. Dien atau cara kita hidup. Nevertheless, aku selalu (ingin selalu) melibatkan Dia ke dalam hidupku, apapun itu, melihat dari sudut pandang Dia. Akan tetapi, ijinkan aku memanusiakan diri dulu untuk saat ini, tanpa mengabaikan Yang Maha Menciptakan.
Aku sedang ingin merasakan kehidupanku sekarang dan bagaimana mengisi hari-hariku kedepannya. Entah kenapa, yang acapkali aku lihat hanya masalah-masalah yang bertubi-tubi datang. Kali ini sungguh berat, terasa menyesakkan, mungkin karena apa yang aku inginkan belum juga tercapai. Aku tidak bermaksud “dagang derita” disini. Hanya ingin menumpahkan isi pikiranku, semoga bisa menjadi sesuatu di kemudian hari.
Semua keluarga bahagia dengan caranya masing-masing, dan sebuah keluarga juga tidak bahagia dengan caranya sendiri.
Begitulah aku kutip dari “Anna Karenina” karya Leo Tolstoy. Ini adalah salah satu yang masih belum terlihat jalan keluarnya. Aku melihatnya rumit, sampai-sampai aku sudah jenuh dan malas berhadapan dengan yang satu ini.
Masalahku berlanjut dengan rencana-rencanaku kedepannya, pekerjaan, cita-cita, calon pasangan, obsesi. Semuanya masih buram. Aku sudah merasa mencoba semua yang ada, memilih beberapa jalan, mencoba menjalani, tetapi yang aku harapkan belum kunjung datang. Aku tiba di titik terendah, merasa useless, kosong, dan menyerah. Aku rasa aku memang harus melewati masa-masa ini. Besarkan hatimu sendiri, dan katakan, “Hidup itu seperti roda, berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan, bersama kemudahan itu juga ada kesulitan.”
Masalah besarku di atas menjadi terlihat pelik, dan aku menyerah, capek, gak tau harus berbuat apa lagi. Tapi hey! Masalah besar itulah yang memanusiakan kita. Mendewasakan kita. Memberikan kita pengalaman. Pengalaman adalah mengenai bagaimana menghadapi, menjalani, dan mengatasinya. Itulah definisi pengalaman. Masalah sebagai ujian dan tempaan dari Yang Maha Kuasa, antara Dia sedang “mendetoks” diri kita dari dosa atau menaikkan derajat kita di hadapanNYA. Aku coba hujamkan itu dalam-dalam, walau sulit, dan harus sering dilakukan.
Masalah memberiku waktu sejenak untuk sendiri. Benar-benar sendiri. Sampai akhirnya aku menangkap diriku sendiri menangis. Ya! Aku menangis, tidak sebentar memang, tapi setidaknya itu bisa membuatku lebih siap untuk menghadapi esok hari dengan lebih tegar. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, menangis karena capek.
Emosiku cenderung naik turun, kadang terlalu sanguinis, kadang jadi melodramatik. Saat itulah aku mengharapkan penerimaan dari orang lain atas kondisiku saat ini. Akan tetapi, aku selalu ingin terlihat baik-baik saja. Sekarang aku lelah memegang “topeng” ini. So? Bodo amat dengan apa pandangan mereka. Aku sedang memanusiakan diri. Aku sedang tidak ingin bertoleransi dengan hal-hal yang tidak aku inginkan. Termasuk sikap dia akhir-akhir ini yang berubah tanpa aku tau sebabnya. Membiarkannya masuk melalui celah yang sempat terbuka, dan berubah tanpa ada alasan yg kutau. Mungkin aku tidak sesuai dengan ekspektasinya. Well, maaf mengecewakan dan membosankanmu dengan uneg2 yang sering aku sampaikan. Sepertinya aku selalu menyusahkanmu sehingga membuatmu menjauh.
Kekesalanku memuncak dan meradang. Akhirnya aku kembali sendiri, kembali membaca buku-buku yang mampu membangkitkan semangatku. Mitch Albom, Paulo Coelho, beberapa jurnal sains, dan Noble Qur’an.
Ternyata aku memang selalu merasa sendiri. Hidup adalah tentang orang-orang yang pergi.
Ada apa dengan aku akhir-akhir ini? | Mencoba memanusiakan diri dan menerima.
Dan aku ingin berbicara tentang dunia…
Aku bukan ahli agama, tapi setidaknya aku mempunyai “sistem hidup” yang aku pegang saat ini, orang bilang religion/agama, aku bilang itu adalah “Dien”. Dien atau cara kita hidup. Nevertheless, aku selalu (ingin selalu) melibatkan Dia ke dalam hidupku, apapun itu, melihat dari sudut pandang Dia. Akan tetapi, ijinkan aku memanusiakan diri dulu untuk saat ini, tanpa mengabaikan Yang Maha Menciptakan.
Aku sedang ingin merasakan kehidupanku sekarang dan bagaimana mengisi hari-hariku kedepannya. Entah kenapa, yang acapkali aku lihat hanya masalah-masalah yang bertubi-tubi datang. Kali ini sungguh berat, terasa menyesakkan, mungkin karena apa yang aku inginkan belum juga tercapai. Aku tidak bermaksud “dagang derita” disini. Hanya ingin menumpahkan isi pikiranku, semoga bisa menjadi sesuatu di kemudian hari.
Semua keluarga bahagia dengan caranya masing-masing, dan sebuah keluarga juga tidak bahagia dengan caranya sendiri.
Begitulah aku kutip dari “Anna Karenina” karya Leo Tolstoy. Ini adalah salah satu yang masih belum terlihat jalan keluarnya. Aku melihatnya rumit, sampai-sampai aku sudah jenuh dan malas berhadapan dengan yang satu ini.
Masalahku berlanjut dengan rencana-rencanaku kedepannya, pekerjaan, cita-cita, calon pasangan, obsesi. Semuanya masih buram. Aku sudah merasa mencoba semua yang ada, memilih beberapa jalan, mencoba menjalani, tetapi yang aku harapkan belum kunjung datang. Aku tiba di titik terendah, merasa useless, kosong, dan menyerah. Aku rasa aku memang harus melewati masa-masa ini. Besarkan hatimu sendiri, dan katakan, “Hidup itu seperti roda, berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan, bersama kemudahan itu juga ada kesulitan.”
Masalah besarku di atas menjadi terlihat pelik, dan aku menyerah, capek, gak tau harus berbuat apa lagi. Tapi hey! Masalah besar itulah yang memanusiakan kita. Mendewasakan kita. Memberikan kita pengalaman. Pengalaman adalah mengenai bagaimana menghadapi, menjalani, dan mengatasinya. Itulah definisi pengalaman. Masalah sebagai ujian dan tempaan dari Yang Maha Kuasa, antara Dia sedang “mendetoks” diri kita dari dosa atau menaikkan derajat kita di hadapanNYA. Aku coba hujamkan itu dalam-dalam, walau sulit, dan harus sering dilakukan.
Masalah memberiku waktu sejenak untuk sendiri. Benar-benar sendiri. Sampai akhirnya aku menangkap diriku sendiri menangis. Ya! Aku menangis, tidak sebentar memang, tapi setidaknya itu bisa membuatku lebih siap untuk menghadapi esok hari dengan lebih tegar. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, menangis karena capek.
Emosiku cenderung naik turun, kadang terlalu sanguinis, kadang jadi melodramatik. Saat itulah aku mengharapkan penerimaan dari orang lain atas kondisiku saat ini. Akan tetapi, aku selalu ingin terlihat baik-baik saja. Sekarang aku lelah memegang “topeng” ini. So? Bodo amat dengan apa pandangan mereka. Aku sedang memanusiakan diri. Aku sedang tidak ingin bertoleransi dengan hal-hal yang tidak aku inginkan. Termasuk sikap dia akhir-akhir ini yang berubah tanpa aku tau sebabnya. Membiarkannya masuk melalui celah yang sempat terbuka, dan berubah tanpa ada alasan yg kutau. Mungkin aku tidak sesuai dengan ekspektasinya. Well, maaf mengecewakan dan membosankanmu dengan uneg2 yang sering aku sampaikan. Sepertinya aku selalu menyusahkanmu sehingga membuatmu menjauh.
Kekesalanku memuncak dan meradang. Akhirnya aku kembali sendiri, kembali membaca buku-buku yang mampu membangkitkan semangatku. Mitch Albom, Paulo Coelho, beberapa jurnal sains, dan Noble Qur’an.
Ternyata aku memang selalu merasa sendiri. Hidup adalah tentang orang-orang yang pergi.
Ada apa dengan aku akhir-akhir ini? | Mencoba memanusiakan diri dan menerima.
Dan aku ingin berbicara tentang dunia…
Isolasi Pati dan Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia | 05.28 |
Filed under:
|
1.1 Judul
Percobaan
Isolasi Pati dan Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk
Simplisia
1.2 Tujuan
Percobaan
·
Mengenal dan
memahami karbohidrat
·
Memahami
isolasi pati dan analisanya
·
Untuk
mengetahui kadar kandungan pati di dalam jagung
·
Memahami cara
penetapan derajat kehalusan serbuk simplisia
·
Mengetahui
manfaat dari penetapan derajat kehalusan serbuk simplisia
1.3 Prinsip
Percobaan
· Memisahkan
pati dari sel-sel parenkin dengan cara ekstraksi
· Pemisahan
berdasarkan ukuran mesh pengayakan, bahan yang memiliki ukuran yang lebih kecil
dari ukuran mesh akan lolos dan bahan yang berukuran besar akan tertahan pada
permukaan kawat ayakan
1.4 Teori
Singkat
1. Teori
Isolasi Pati
Dalam
kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas baik yang telah merupakan
kebiasaan misalnya berdiri, mandi, berjalan, makan dan sebagainya atau
kadang-kadang saja kita lakukan. Untuk melakukan aktivitas itu kita memerlukan
energi. Energi yang kita butuhkan itu kita peroleh dari bahan makanan yang kita
makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa
kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak atau lipid. Bahan makanan pokok
yang biasa kita makan adalah beras, jagung, sagu dan kadang-kadang juga
singkong. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan dan senyawa yang
terkandung di dalamnya, yaitu sebagian besar adalah karbohidrat yang terdapat
sebagai pati saja, tetapi terdapat pula sebagai gula misalnya dalam
buah-buahan, dalam madu lebah dan lainnya. Protein dan lemak relatif tidak
begitu banyak terdapat di dalam bahan makanan kita jika dibandingkan dengan
karbohidrat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Karbohidrat
atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil
enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak
menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi
sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang
berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%
dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%.
Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini
disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah
harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein.
Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan
sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam (Hutagalung,
2004).
Secara umum
definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom Karbon,
Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi
sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi
sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(Hutagalung, 2004).
Karbohidrat
adalah senyawa kompleks yang terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) dengan rumus molekul CnH2nOn. Karbohidrat merupakan
sumber energi utama bagi tubuh. Pada respirasi sel, satu gram molekul
karbohidrat menghasilkan energi ± 4,1 kilokalori, serta menghasilkan gas CO2
dan uap air. Hasil pemecahan karbohidrat berupa glukosa yang merupakan bagian
penting dalam reaksi kompleks. Energi dalam bentuk ATP akan dihasilkan dalam
setiap reaksi pemecahan glukosa (Fessenden, 1999).
Rumus molekul umum karbohidrat adalah CH2O.
Dari penulisan rumus ini maka dapat dimengerti mengapa karbohidrat itu dikira
merupakan suatu karbon yang berair, tetapi kenyataannya ialah bahwa susunan
atom-atom tidak ada hubungan dengan molekul air. Dua jenis karbohidrat yang
lazim adalah pati dan selulosa. Keduanya mempunyai molekul yang besar sekali
dengan berat molekul sampai ratusan ribu (Fessenden, 1999).
Menurtu Swinkels 1985 dalam Teja dan kawan-kawan 2008,
sumber karbohidrat yang diperlukan olehtubuh banyak terkandung pada berbagai
makanan pokok yang sering dikonsumsi sehari-hari seperti beras, jagung,
kentang, ubi kayu, ubi jalar, dan sagu. Pada tanaman pangan tersebut,
karbohidrat tersimpan dalam bentuk pati. Kandungan utama pati terdiri dari
amilosa danamilopektin, dimana komposisinya bervariasi untuk masing-masing
jenis pati.
Penggolongan
karbohidrat berdasarkan jumlah molekulnya (Hutagalung, 2004):
1. Monosakarida
· Heksosa (mengandung 6 buah karbon): glukosa,
fruktosa, dan galaktosa.
· Pentosa (mengandung 5 buah karbon): ribosa,
arabinosa dan xylosa.
2. Disakarida
Disakarida meliputi sukrosa ,maltosa, dan laktosa.
3. Polisakarida
Amilum, dekstrin, dan glikogen termasuk polisakarida.
Selain
glukosa, fruktosa dan galaktosa juga jenis monosakarida. Fruktosa adalah suatu
ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri karenanya
disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai rasa yang lebih manis daripada
glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa. Pada umumnya
monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis. Fruktosa dapat dibedakan dari
glukosa dengan pereaksi seliwanoff dalam asam HCl. Galaktosa jarang terdapat
bebas di alam dan biasanya terdapat dalam bentuk laktosa. Rasanya kurang manis
dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya
terpolarisasi ke kanan (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Senyawa yang termasuk disakarida
adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sukrosa ialah gula yang kita kenal
sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Sukrosa juga terdapat
pada tumbuhan lain, misalnya buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis
sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Molekul sukrosa
tidak mempunyai gugus aldehida atau keton bebas, atau tidak mempunyai gugus –OH
glikosidik. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan.
Laktosa merupakan gabungan dari galaktosa dan glukosa. Dalam susu terdapat
laktosa yang sering disebut gula susu. Dibandingkan terhadap glukosa, laktosa
mempunyai rasa yang kurang manis. Maltosa juga merupakan disakarida yang
terbentuk dari dua molekul glukosa. Maltosa larut dalam air dan mempunyai rasa
yang lebih manis daripada laktosa, tetapi tetap kurang manis daripada sukrosa.
Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum dengan asam
maupun dengan enzim (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Amilum merupakan salah satu jenis
polisakarida yang terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan.
Amilum atau dalam bahasa sehari-hari sering disebut pati terdapat pada umbi,
daun, batang dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah
dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan. Umbi yang terdapat pada ubi jalar
atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung pati yang cukup banyak,
sebab ketela pohon tersebut selain dapat digunakan sebagai makanan sumber
karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan baku dalam pabrik tapioka.
Butir-butir pati apabila diamati dengan menggunakan mikroskop, ternyata
berbeda-beda bentuknya, tergantung dari tumbuhan apa pati tersebut diperoleh.
Bentuk butir pati pada kentang berbeda dengan yang berasal dari terigu atau
beras (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Menurtu Swinkels 1985 dalam Teja dan
kawan-kawan 2008, pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit
glukosa anhidrat. Unit glukosa yang satu dengan yang lain dihubungkan melalui
ikatan 1,4-α-D-glukosidic. Pati dapat diperoleh dari
berbagai macam tanaman seperti kentang, jagung, beras, dan sagu karena pada
dasarnya pati merupakan karbohidrat yang disimpan oleh tanaman sebagai sumber
cadangan energi. Komposisi utama pati adalah amilosa dan amilopektin, dimana
masing-masing memiliki sifat-sifat alami yang berbeda.
Maltosa
mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa.
Di dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicema
dan rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan iodium, amilum akan berubah menjadi
warna biru. Amilum terdiri dari 2 fraksi (dapat dipisahkan dengan air panas)
(Hutagalung, 2004):
1. Amilosa
-larut dengan air panas
-mempunyai struktur rantai lurus
2. Amilopektin
-tidak larut dengan air panas
-mempunyai sruktur rantai bercabang.
Amilum
terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa
terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan a 1,4-glikosidik,
jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul
D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi
ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya
cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiriatas
lebih dari 1000 unit glukosa. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan
menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2009).
Dalam praktikum kali ini bahan yang
akan di isolasi adalah jagung, berikut adalah klasifikasi dari jagung.
Klasifikasi ilmiah
- Kerajaan: Plantae
ü (tidak termasuk) Monocots
ü (tidak termasuk) Commelinids
- Ordo: Poales
- Famili: Poaceae
- Genus: Zea
- Spesies: Z. Mays
- Nama binomial : Zea mays ssp. may
Biji jagung
kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat
dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan
amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi
lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui
mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah :
- Kalori : 355 Kalori
- Protein : 9,2 gr
- Lemak : 3,9 gr
- Karbohidrat : 73,7 gr
- Kalsium : 10 mg
- Fosfor : 256 mg
- Ferrum : 2,4 mg
- Vitamin A : 510 SI
- Vitamin B1 : 0,38 mg
- Air : 12 gr
Dan bagian yang
dapat dimakan 90 %.
2. Teori
Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia
Menurut Materia Medika pengayak dibuat
dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang melintang yang
sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan
jumlah lubang tiap cm dihitung searah dengan panjang kawat.
Derajat halus
serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak.
Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1
nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor
tersebut. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan
bahwa semua serbuk dapat dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak
lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Menurut Farmakope Indonesia dalam penetapan
derajat halus serbuk simplisia nabati dan simplisia hewani, tidak ada bagian
dari obat yang dibuang selama penggilingan atau pengayakan, kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi.
Metode
Penetapan Keseragaman Derajat Halus
Untuk penetapan
keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia, cara yang boleh
dilakukan dengan menggunakan pengayak baku yang memenihu persyaratan. Hindari
penggoyangan lebih lama, yang akan menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk
selama penetapan.
·
Untuk serbuk
sangat kasar, kasar dan setengah kasar
Masukkan 25-100 g serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai yang mempunyai
panci penampung dan tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran
horizontal dan ketukkan secara vertikal pada permukaan keras selama tidak
kurang dari 20 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna. Timbang seksama
jumlah yang tertinggal pada pengayak dan dalam panci penampung.
·
Untuk serbuk
halus atau sangat halus.
Lakukan penetapan seperti pada serbuk kasar kecuali contoh tidak lebih dari
25 g dan pengayak yang digunakan digoyang selama tidak kurang 30 menit atau
sampai pengayakan praktis sempurna.
Untuk serbuk
berminyak atau serbuk lain yang cenderung menggumpal dan dapat menyumbat
lubang, sikat pengayak secara berkala hati-hati selama penetapan. Hancurkan
gumpalan yang terbentuk selama pengayakan. Derajat halus serbuk obat dan bahan
kimia dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada pengayak yang dapat
digoyang secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan ketukan seperti
pada pengayak yang menggunakan tangan; tetapi dengan gerakan mekanik yang
seragam, mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat pengayak.
Tabel 1 Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus
Klasifikasi
Serbuk
|
Simplisia
Nabati dan Simplisia Hewani
|
Bahan Kimia
|
||||
Nomor Nominal
Serbuk 1
|
Batas derajat
halus2
|
Nomor Nominal
Serbuk 1
|
Batas derajat
halus2
|
|||
%
|
Nomor
Pengayak
|
%
|
Nomor Pengayak
|
|||
Sangat Kasar
|
8
|
20
|
60
|
|||
Kasar
|
20
|
40
|
60
|
20
|
60
|
40
|
Setengah
Kasar
|
40
|
40
|
80
|
40
|
60
|
60
|
Halus
|
60
|
40
|
100
|
80
|
60
|
120
|
Sangat Halus
|
80
|
100
|
80
|
120
|
100
|
120
|
Keterangan :
1 semua partikel serbuk melewati
pengayak dengan nomor nominal tertentu
2 batas persentase yang melewati
pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan.
Derajat halus serbuk
dinyatakan dengan satu atau dua nomor. Jika derajat halus serbuk dinyatakan
satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut.
Jika dinyatakan dengan dua nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak
dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor
tertinggi.
Sebagai contoh serbuk
22/60, dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomor 22 seluruhnya, dan
tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60.
Nomor pengayak
menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang
kawat. Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan
penampang melintang yang sama di seluruh bagian.
Dalam beberapa hal
digunakan juga istilah umum untuk menyatakan kehalusan serbuk yang disesuaikan
dengan nomor pengayak sebagai berikut:
1.
Serbuk
sangat kasar adalah serbuk (5/8)
2.
Serbuk
kasar adalah serbuk (10/40)
3.
Serbuk
agak kasar adalah serbuk (22/60)
4.
Serbuk
agak halus adalah serbuk (44/85)
5.
Serbuk
halus adalah serbuk (85)
6.
Serbuk
sangat halus adalah serbuk {120/200(300)}
1.5
Alat dan Bahan
·
Blender
·
Beaker gelas
·
Kain Batis
·
Aquadest
·
Jagung mentah
·
Ayakan dengan
nomor 80, 40, dan 20
·
Kuas
·
Simplisia
1.6 Prosedur
Kerja
1. Prosedur
Isolasi Pati
· Ditimbang
sejumlah jagung yang sudah dicuci bersih
· Lalu digiling
dengan aquadest 500 ml dan ampasnya diekstraksi lagi dengan 150 ml aquadest
·
Disaring lalu
campurkan dengan filtrat yang pertama
·
Lalu diamkan
sampai butiran pati mengendap
·
Setelah itu beningkan
filtrat dengan dituang dan dibuang
·
Terkahir ditiriskan
lalu dikeringkan dan ditimbang
·
Dihitung %
dari pati jagung tersebut
2. Prosedur
Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia
·
Ditimbang
sejumlah simplisia
·
Diayak dengan
ayakan 80 mesh
·
Lalu
ditimbang simplisia yang tertinggal di ayakan
·
Sisa
simplisia tadi di ayak kembali dengan ayakan 40 mesh
·
Ditimbang
kembali simplisia yang tertinggal di ayakan
·
Sisanya di
ayak kembali dengan ayakan 20 mesh
·
Setelah itu
timbang kembali simplisia yang tertinggal
·
Hitunglah
presentasenya
· Jumlah
simplisia yang tertinggal pada masing-masing ayakan sama dengan bobot awal
simplisia
1.7 Data
Pengamatan
1. Data
Pengamatan Prosedur Isolasi Pati
Gambar
disamping adalah butiran pati jagung yang dibiarkan mengendap sebelum dilakukan
pemisahan.
Gambar disamping adalah pati hasil dari
isolasi jagung yang telah dipisahkan dan dikeringkan, hasilnya sebanyak 4,71
gram.
Kadar Amylum = Berat Pati/Berat jagung
= 4,71 gram/130,22 gram
= 3,61 %
2. Data
Pengamatan Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia
Berat
awal simplisia = 18 gram
·
Menggunakan
ayakan 80 mesh tersisa 17,44 gram
ü Sisa :
17,44/18 x 100 % = 96,8 %
ü Hasil Ayakan : 100 %
- 96,8 % = 3,2 %
·
Menggunakan
ayakan 40 mesh tersisa 10,52 gram
ü Sisa :
10,52/18 x 100 % = 58,44 %
ü Hasil Ayakan : 100 %
- 58,44 = 41,56 %
·
Menggunakan
ayakan 20 mesh tersisa 7,20 gram
ü Sisa :
7,20/18 x 100 % = 40 %
ü Hasil Ayakan : 100 %
- 40 % = 60 %
1.8 Pembahasan
Karbohidrat
adalah sumber energi utama bagi manusia. Karbohidrat terdapat dalam semua
tumbuhan dan hewan dan penting bagi kehidupan. Lewat fotosintesis, tumbuhan
mengonversi karbondioksida atmosfer menjadi karbohidrat, terutama selulosa,
pati, dan gula. Selulosa ialah blok pembangun pada dinding sel yang kaku dan
jaringan kayu dalam tumbuhan, sedangkan pati ialah bentuk cadangan utama dari
karbohidrat untuk nantinya digunakan sebagai makanan atau sumber energi.
Karbohidrat
adalah senyawa-senyawa polihidroksi yang juga mengandung gugus lain, yang dapat
berupa aldehid atau keton. Meskipun karbohidrat merupakan senyawa biologis yang
paling banyak jumlahnya di muka bumi ini, karbohidrat tubuh manusia hanyalah 1%
saja dari keseluruhan tubuh manusia. Senyawa ini diolah oleh tubuh sebagai
bahan makanan, disimpan sebagai glikogen dan digunakan sebagai bahan bakar sel
yang utama. Karbohidrat juga penting dalam membentuk rawan dan tulang.
Di
Indonesia bahan makanan pokok yang biasa kita makan adalah beras, jagung, sagu
dan kadang-kadang juga umbi-umbian. Bahan makanan tersebut berasal dari
karbohidrat dan terdapat sebagai amilum atau pati.
Komponen
karbohidrat dalam bahan makanan telah tersusun dalam kadarnya masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut, dalam percobaan ini akan dilakukan isolasi kandungan
pati pada jagung.
Jagung
mula-mula dihomogenkan dengan air dalam
blender sehingga terbentuk suspensi dan disaring untuk memisahkan filtrat dari
residu. Penyaringan dilakukan dengan kain kasa tipis agar lebih mudah menyaring
dan penyaringan berlangsung lebih cepat. Cairan
keruh didekantasi lagi dengan aquadest, fungsi
dekantasi adalah untuk memisahkan
filtrat dengan residu dan menghilangkan kotoran-kotoran karena air dapat
mengikat kotoran dan melarutkan zat-zat dalam sampel. Hasil dekantasi terakhir
disaring dengan kertas saring dan dikeringkan sehingga diperoleh tepung amilum
yang kering dan ditimbang.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh berat amilum
sebesar 4,71 gram dan kadar amilum yang terdapat pada
jagung adalah 3,61 %. Hasil yang
didapat tidak sesuai dengan teori yaitu setiap 100 gram jagung mengandung karbohidrat sebanyak 73,9
gram atau sekitar 80% dari jagung mengandung karbohidrat artinya jika jagung
dengan berat 130,22 gram seharusnya dapat menghasilkan 104,176 gram amilum. Hal ini mungkin
disebabkan beberapa faktor seperti kurang teliti dalam kalibrasi neraca, masih
adanya amilum yang belum terisolasi, masih ada yang menempel pada blender,
masih ada yang menempel pada gelas piala, dan banyaknya amilum yang terbuang
pada saat didekantasi.
Sedangkan
berdasarkan percobaan penetapan derajat kehalusan serbuk simplisia yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa tiap-tiap mesh dihasilkan berbagai ukuran partikel
dari setiap ukuran simplisia yang diayak. Simplisia yang paling halus didapat
pada ukuran 80 mesh.
Pengayak
dengan berbagai nomor ayakan telah digunakan secara luas pada proses pemisahan
bahan berdasarkan ukuran utamanya. Bahan-bahan yang lolos melewati lubang
ayakan mempunyai ukuran lebih seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan
untuk diayak kembali.
Untuk
menganalisa hasil pengayakan simplisia, dilakukan dengan ayakan standar yang
disusun secara seri dalam satu tumbukan, pada bagian bawah dari tumbukan
ditempatkan sebagai penampung produk akhir. Penyusunan ayakan dimulai dari
ayakan yang mempunyai ukuran mesh lebih besar sampai ke ukuran mesh yang lebih
kecil agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan mesh.
Pada
proses pengayakan, bahan dibagi menjadi bahan kasar yang tertinggal dan bahan
halus yang lolos melalui ayakan. Bahan yang tertinggal hanyalah
partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari pada lubang ayakan, sedangkan
bahan yang lolos berukuran lebih kecil daripada lubang-lubang itu.
Gerakan
dan waktu tinggal bahan diatas ayakan harus dipilih agar setiap butiran paling
sedikit satu kali berada pada sebuah lubang ayakan. Efisiensi pengayakan akan
turun jika bahan yang di ayak membentuk lapisan yang terlalu tebal atau
bergerak terlalu cepat. Disamping itu gerakan yang terlalu kuat dapat
menyebabkan pengecilan ukuran akibat pengikisan terutama pada bahan yang lunak,
dengan akibat efisiensi pengayakan yang diperoleh tidak benar.
Pada
setiap proses pengayakan bahan atau ayaka harus digearan. Cara yang paling
sederhana untuk melakukannya adalah dengan menggunakan ayakan tunggal yang diam
dan menggetarkan bahan diatas ayakan dengan tangan. Cara ini biasanya tidak
dipakai untuk melakukan klasifikasi yang sesungguhnya, melainkan untuk
memisahkan aglomerat-aglomerat yang tidak diinginkan, yaitu dengan menekan
bahan pada ayakan hingga hancur atau membuangnya dengan tangan. Konstruksi
sederhana yang serupa dimiliki oleh ayakn yang luncur yang dipasang miring.
Oleh alat penggerek eksentrik, alat penggerek tidak seimbang atau bergerak
elektromagnetik, ayakan diayun-ayunkan dalam arah horizontal atau dalam arah
vertikal lurus atau vertikal melingkar. Mesin pengayakan demikian dapat
dilengkapi dengan satu atau lebih ayakan dan biasanya bekerja secara kontinyu.
Bahan yang tertinggal dan bahan yang lolos dikeluarkan dari mesin secara
terpisah. Mesin-mesin itu misalnya mesin pengayak kocok, mesin pengayak getar,
mesin pengayak ayun, mesin pengayak tromol atau separator
Proses
pengayakan merupakan penanganan bahan yang efisien dimana pergerakan bahan
dengan efisiensi tinggi pada waktu yang tepat dalam jumlah yang sesuai dengan
yang diisyaratkan serta memiliki ukuran yang sama.
1.9 Kesimpulan
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa kadar amilum dalam jagung adalah 3,61 %.
2. Berat awal simplisia = 18 gram
·
Menggunakan
ayakan 80 mesh tersisa 17,44 gram
ü Sisa :
17,44/18 x 100 % = 96,8 %
ü Hasil Ayakan : 100 %
- 96,8 % = 3,2 %
·
Menggunakan
ayakan 40 mesh tersisa 10,52 gram
ü Sisa :
10,52/18 x 100 % = 58,44 %
ü Hasil Ayakan : 100 %
- 58,44 = 41,56 %
·
Menggunakan
ayakan 20 mesh tersisa 7,20 gram
ü Sisa :
7,20/18 x 100 % = 40 %
ü Hasil Ayakan : 100 %
- 40 % = 60 %
DAFTAR
PUSTAKA
1. Fessenden, J. R. Dan
Fessenden, S. J.,
1999,
Kimia Organik Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
2. Hutagalung, Halomoan, 2004, Karbohidrat, Jurnal Ilmu Gizi, (online)1(1), hal. 1-3.
3. Meynyeng, 2010, Amilum Kentang, (online) (amilum kentang «
meyNyeng.htm), diakses pada tanggal 21 April 2012 pukul 17:35.
4. Poedjiadi, A., dan Supriyanti, T.,2009, Dasar-dasar Biokimia,
UI-Press, Jakarta.
5. Teja, Albert, Ignatius
Sindi P., Aning Ayucitra, dan Laurentia E. K. Setiawan, 2008, Karakteristik Pati Sagu dengan Metode
Modifikasi Asetilasi danCross- Linking, Jurnal Teknik Kimia,
(online) 3 (7), hal. 2.
Kelompok Kerja Penyusun Materia Medika Indonesia.
1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta ; hal.327
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta :
hal.1045-1046.
Langganan:
Postingan (Atom)