Isolasi Pati dan Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia 05.28

1.1       Judul Percobaan
Isolasi Pati dan Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia

1.2       Tujuan Percobaan
·         Mengenal dan memahami karbohidrat
·         Memahami isolasi pati dan analisanya
·         Untuk mengetahui kadar kandungan pati di dalam jagung
·         Memahami cara penetapan derajat kehalusan serbuk simplisia
·         Mengetahui manfaat dari penetapan derajat kehalusan serbuk simplisia

1.3       Prinsip Percobaan
·       Memisahkan pati dari sel-sel parenkin dengan cara ekstraksi
·      Pemisahan berdasarkan ukuran mesh pengayakan, bahan yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran mesh akan lolos dan bahan yang berukuran besar akan tertahan pada permukaan kawat ayakan

1.4       Teori Singkat
1.   Teori Isolasi Pati
Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas baik yang telah merupakan kebiasaan misalnya berdiri, mandi, berjalan, makan dan sebagainya atau kadang-kadang saja kita lakukan. Untuk melakukan aktivitas itu kita memerlukan energi. Energi yang kita butuhkan itu kita peroleh dari bahan makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak atau lipid. Bahan makanan pokok yang biasa kita makan adalah beras, jagung, sagu dan kadang-kadang juga singkong. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan dan senyawa yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagian besar adalah karbohidrat yang terdapat sebagai pati saja, tetapi terdapat pula sebagai gula misalnya dalam buah-buahan, dalam madu lebah dan lainnya. Protein dan lemak relatif tidak begitu banyak terdapat di dalam bahan makanan kita jika dibandingkan dengan karbohidrat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).    
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang. Di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam (Hutagalung, 2004).
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Hutagalung, 2004).
Karbohidrat adalah senyawa kompleks yang terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus molekul CnH2nOn. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Pada respirasi sel, satu gram molekul karbohidrat menghasilkan energi ± 4,1 kilokalori, serta menghasilkan gas CO2 dan uap air. Hasil pemecahan karbohidrat berupa glukosa yang merupakan bagian penting dalam reaksi kompleks. Energi dalam bentuk ATP akan dihasilkan dalam setiap reaksi pemecahan glukosa (Fessenden, 1999).
 Rumus molekul umum karbohidrat adalah CH2O. Dari penulisan rumus ini maka dapat dimengerti mengapa karbohidrat itu dikira merupakan suatu karbon yang berair, tetapi kenyataannya ialah bahwa susunan atom-atom tidak ada hubungan dengan molekul air. Dua jenis karbohidrat yang lazim adalah pati dan selulosa. Keduanya mempunyai molekul yang besar sekali dengan berat molekul sampai ratusan ribu (Fessenden, 1999).
Menurtu Swinkels 1985 dalam Teja dan kawan-kawan 2008, sumber karbohidrat yang diperlukan olehtubuh banyak terkandung pada berbagai makanan pokok yang sering dikonsumsi sehari-hari seperti beras, jagung, kentang, ubi kayu, ubi jalar, dan sagu. Pada tanaman pangan tersebut, karbohidrat tersimpan dalam bentuk pati. Kandungan utama pati terdiri dari amilosa danamilopektin, dimana komposisinya bervariasi untuk masing-masing jenis pati.
Penggolongan karbohidrat berdasarkan jumlah molekulnya           (Hutagalung, 2004):
1. Monosakarida
·   Heksosa (mengandung 6 buah karbon): glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
·   Pentosa (mengandung 5 buah karbon): ribosa, arabinosa dan xylosa.
2. Disakarida
Disakarida meliputi sukrosa ,maltosa, dan laktosa.
3. Polisakarida
Amilum, dekstrin, dan glikogen termasuk polisakarida.
Selain glukosa, fruktosa dan galaktosa juga jenis monosakarida. Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai rasa yang lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff dalam asam HCl. Galaktosa jarang terdapat bebas di alam dan biasanya terdapat dalam bentuk laktosa. Rasanya kurang manis dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
          Senyawa yang termasuk disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sukrosa ialah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Sukrosa juga terdapat pada tumbuhan lain, misalnya buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Molekul sukrosa tidak mempunyai gugus aldehida atau keton bebas, atau tidak mempunyai gugus –OH glikosidik. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Laktosa merupakan gabungan dari galaktosa dan glukosa. Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Dibandingkan terhadap glukosa, laktosa mempunyai rasa yang kurang manis. Maltosa juga merupakan disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Maltosa larut dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa, tetapi tetap kurang manis daripada sukrosa. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum dengan asam maupun dengan enzim (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
          Amilum merupakan salah satu jenis polisakarida yang terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari sering disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan. Umbi yang terdapat pada ubi jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung pati yang cukup banyak, sebab ketela pohon tersebut selain dapat digunakan sebagai makanan sumber karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan baku dalam pabrik tapioka. Butir-butir pati apabila diamati dengan menggunakan mikroskop, ternyata berbeda-beda bentuknya, tergantung dari tumbuhan apa pati tersebut diperoleh. Bentuk butir pati pada kentang berbeda dengan yang berasal dari terigu atau beras (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
           Menurtu Swinkels 1985 dalam Teja dan kawan-kawan 2008, pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat. Unit glukosa yang satu dengan yang lain dihubungkan melalui ikatan 1,4-α-D-glukosidic. Pati dapat diperoleh dari berbagai macam tanaman seperti kentang, jagung, beras, dan sagu karena pada dasarnya pati merupakan karbohidrat yang disimpan oleh tanaman sebagai sumber cadangan energi. Komposisi utama pati adalah amilosa dan amilopektin, dimana masing-masing memiliki sifat-sifat alami yang berbeda.
Maltosa mempunyai 2 (dua) molekul monosakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Di dalam tubuh maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum, lebih mudah dicema dan rasanya lebih enak dan nikmat. Dengan iodium, amilum akan berubah menjadi warna biru. Amilum terdiri dari 2 fraksi (dapat dipisahkan dengan air panas) (Hutagalung, 2004):

1. Amilosa
-larut dengan air panas
-mempunyai struktur rantai lurus
2. Amilopektin
-tidak larut dengan air panas
-mempunyai sruktur rantai bercabang.
          Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan a 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiriatas lebih dari 1000 unit glukosa. Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa (Poedjiadi dan            Supriyanti, 2009).
          Dalam praktikum kali ini bahan yang akan di isolasi adalah jagung, berikut adalah klasifikasi dari jagung.

Klasifikasi ilmiah
  • Kerajaan: Plantae
ü  (tidak termasuk) Monocots
ü  (tidak termasuk) Commelinids
  • Ordo: Poales
  • Famili: Poaceae
  • Genus: Zea
  • Spesies: Z. Mays
  • Nama binomial : Zea mays ssp. may
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah :
  • Kalori : 355 Kalori
  • Protein : 9,2 gr
  • Lemak : 3,9 gr
  • Karbohidrat : 73,7 gr
  • Kalsium : 10 mg
  • Fosfor : 256 mg
  • Ferrum : 2,4 mg
  • Vitamin A : 510 SI
  • Vitamin B1 : 0,38 mg
  • Air : 12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
2.   Teori Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia

Menurut Materia Medika pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan dengan nomor yang menunjukkan jumlah lubang tiap cm dihitung searah dengan panjang kawat.
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Menurut Farmakope Indonesia dalam penetapan derajat halus serbuk simplisia nabati dan simplisia hewani, tidak ada bagian dari obat yang dibuang selama penggilingan atau pengayakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.

Metode Penetapan Keseragaman Derajat Halus
Untuk penetapan keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia, cara yang boleh dilakukan dengan menggunakan pengayak baku yang memenihu persyaratan. Hindari penggoyangan lebih lama, yang akan menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk selama penetapan.
·         Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar
Masukkan 25-100 g serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai yang mempunyai panci penampung dan tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran horizontal dan ketukkan secara vertikal pada permukaan keras selama tidak kurang dari 20 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna. Timbang seksama jumlah yang tertinggal pada pengayak dan dalam panci penampung.
·         Untuk serbuk halus atau sangat halus.
Lakukan penetapan seperti pada serbuk kasar kecuali contoh tidak lebih dari 25 g dan pengayak yang digunakan digoyang selama tidak kurang 30 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna.
Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain yang cenderung menggumpal dan dapat menyumbat lubang, sikat pengayak secara berkala hati-hati selama penetapan. Hancurkan gumpalan yang terbentuk selama pengayakan. Derajat halus serbuk obat dan bahan kimia dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada pengayak yang dapat digoyang secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan ketukan seperti pada pengayak yang menggunakan tangan; tetapi dengan gerakan mekanik yang seragam, mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat pengayak.
Tabel 1 Klasifikasi Serbuk Berdasarkan Derajat Halus
Klasifikasi Serbuk
Simplisia Nabati dan Simplisia Hewani
Bahan Kimia
Nomor Nominal Serbuk 1
Batas derajat halus2
Nomor Nominal Serbuk 1
Batas derajat halus2
%
Nomor Pengayak
%
Nomor Pengayak
Sangat Kasar
8
20
60



Kasar
20
40
60
20
60
40
Setengah Kasar
40
40
80
40
60
60
Halus
60
40
100
80
60
120
Sangat Halus
80
100
80
120
100
120
Keterangan :
1 semua partikel serbuk melewati pengayak dengan nomor nominal tertentu
2 batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah ditentukan.
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor. Jika derajat halus serbuk dinyatakan satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan dua nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi.
Sebagai contoh serbuk 22/60, dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomor 60.
Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat. Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang melintang yang sama di seluruh bagian.
Dalam beberapa hal digunakan juga istilah umum untuk menyatakan kehalusan serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut:
1.    Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
2.    Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
3.    Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
4.    Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
5.    Serbuk halus adalah serbuk (85)
6.    Serbuk sangat halus adalah serbuk {120/200(300)}

1.5       Alat dan Bahan
·         Blender
·         Beaker gelas
·         Kain Batis
·         Aquadest
·         Jagung mentah
·         Ayakan dengan nomor 80, 40, dan 20
·         Kuas
·         Simplisia

1.6       Prosedur Kerja
1.   Prosedur Isolasi Pati
·        Ditimbang sejumlah jagung yang sudah dicuci bersih
·        Lalu digiling dengan aquadest 500 ml dan ampasnya diekstraksi lagi dengan 150 ml      aquadest
·         Disaring lalu campurkan dengan filtrat yang pertama
·         Lalu diamkan sampai butiran pati mengendap
·         Setelah itu beningkan filtrat dengan dituang dan dibuang
·         Terkahir ditiriskan lalu dikeringkan dan ditimbang
·         Dihitung % dari pati jagung tersebut

2.   Prosedur Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia
·         Ditimbang sejumlah simplisia
·         Diayak dengan ayakan 80 mesh
·         Lalu ditimbang simplisia yang tertinggal di ayakan
·         Sisa simplisia tadi di ayak kembali dengan ayakan 40 mesh
·         Ditimbang kembali simplisia yang tertinggal di ayakan
·         Sisanya di ayak kembali dengan ayakan 20 mesh
·         Setelah itu timbang kembali simplisia yang tertinggal
·         Hitunglah presentasenya
·       Jumlah simplisia yang tertinggal pada masing-masing ayakan sama dengan bobot awal simplisia

1.7      Data Pengamatan
1.   Data Pengamatan Prosedur Isolasi Pati
Gambar disamping adalah butiran pati jagung yang dibiarkan mengendap sebelum dilakukan pemisahan.




Gambar disamping adalah pati hasil dari isolasi jagung yang telah dipisahkan dan dikeringkan, hasilnya sebanyak 4,71 gram.






Kadar Amylum = Berat Pati/Berat jagung
                                      = 4,71 gram/130,22 gram
                                      = 3,61 %



2.   Data Pengamatan Penetapan Derajat Kehalusan Serbuk Simplisia
Berat awal simplisia = 18 gram
·         Menggunakan ayakan 80 mesh tersisa 17,44 gram
ü  Sisa                  : 17,44/18 x 100 % = 96,8 %
ü  Hasil Ayakan    : 100 % - 96,8 % = 3,2 %
·         Menggunakan ayakan 40 mesh tersisa 10,52 gram
ü  Sisa                  : 10,52/18 x 100 % = 58,44 %
ü  Hasil Ayakan    : 100 % - 58,44 = 41,56 %
·         Menggunakan ayakan 20 mesh tersisa 7,20 gram
ü  Sisa                  : 7,20/18 x 100 % = 40 %
ü  Hasil Ayakan    : 100 % - 40 % = 60 %

1.8      Pembahasan
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi manusia. Karbohidrat terdapat dalam semua tumbuhan dan hewan dan penting bagi kehidupan. Lewat fotosintesis, tumbuhan mengonversi karbondioksida atmosfer menjadi karbohidrat, terutama selulosa, pati, dan gula. Selulosa ialah blok pembangun pada dinding sel yang kaku dan jaringan kayu dalam tumbuhan, sedangkan pati ialah bentuk cadangan utama dari karbohidrat untuk nantinya digunakan sebagai makanan atau sumber energi.
Karbohidrat adalah senyawa-senyawa polihidroksi yang juga mengandung gugus lain, yang dapat berupa aldehid atau keton. Meskipun karbohidrat merupakan senyawa biologis yang paling banyak jumlahnya di muka bumi ini, karbohidrat tubuh manusia hanyalah 1% saja dari keseluruhan tubuh manusia. Senyawa ini diolah oleh tubuh sebagai bahan makanan, disimpan sebagai glikogen dan digunakan sebagai bahan bakar sel yang utama. Karbohidrat juga penting dalam membentuk rawan dan tulang.
Di Indonesia bahan makanan pokok yang biasa kita makan adalah beras, jagung, sagu dan kadang-kadang juga umbi-umbian. Bahan makanan tersebut berasal dari karbohidrat dan terdapat sebagai amilum atau pati.
Komponen karbohidrat dalam bahan makanan telah tersusun dalam kadarnya masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, dalam percobaan ini akan dilakukan isolasi kandungan pati pada jagung.
Jagung  mula-mula dihomogenkan dengan air dalam blender sehingga terbentuk suspensi dan disaring untuk memisahkan filtrat dari residu. Penyaringan dilakukan dengan kain kasa tipis agar lebih mudah menyaring dan penyaringan berlangsung lebih cepat. Cairan  keruh didekantasi lagi dengan aquadest, fungsi dekantasi adalah untuk memisahkan  filtrat dengan residu dan menghilangkan kotoran-kotoran karena air dapat mengikat kotoran dan melarutkan zat-zat dalam sampel. Hasil dekantasi terakhir disaring dengan kertas saring dan dikeringkan sehingga diperoleh tepung amilum yang kering dan ditimbang.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh berat amilum sebesar 4,71 gram dan kadar amilum yang terdapat pada jagung adalah 3,61 %. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori  yaitu setiap 100 gram jagung mengandung karbohidrat sebanyak 73,9 gram atau sekitar 80% dari jagung mengandung karbohidrat artinya jika jagung dengan berat 130,22 gram seharusnya dapat menghasilkan 104,176 gram amilum. Hal ini mungkin disebabkan beberapa faktor seperti kurang teliti dalam kalibrasi neraca, masih adanya amilum yang belum terisolasi, masih ada yang menempel pada blender, masih ada yang menempel pada gelas piala, dan banyaknya amilum yang terbuang pada saat didekantasi.
Sedangkan berdasarkan percobaan penetapan derajat kehalusan serbuk simplisia yang telah dilakukan, diperoleh bahwa tiap-tiap mesh dihasilkan berbagai ukuran partikel dari setiap ukuran simplisia yang diayak. Simplisia yang paling halus didapat pada ukuran 80 mesh.
Pengayak dengan berbagai nomor ayakan telah digunakan secara luas pada proses pemisahan bahan berdasarkan ukuran utamanya. Bahan-bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai ukuran lebih seragam dan bahan yang tertahan dikembalikan untuk diayak kembali.
Untuk menganalisa hasil pengayakan simplisia, dilakukan dengan ayakan standar yang disusun secara seri dalam satu tumbukan, pada bagian bawah dari tumbukan ditempatkan sebagai penampung produk akhir. Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran mesh lebih besar sampai ke ukuran mesh yang lebih kecil agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan mesh.
Pada proses pengayakan, bahan dibagi menjadi bahan kasar yang tertinggal dan bahan halus yang lolos melalui ayakan. Bahan yang tertinggal hanyalah partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari pada lubang ayakan, sedangkan bahan yang lolos berukuran lebih kecil daripada lubang-lubang itu.
Gerakan dan waktu tinggal bahan diatas ayakan harus dipilih agar setiap butiran paling sedikit satu kali berada pada sebuah lubang ayakan. Efisiensi pengayakan akan turun jika bahan yang di ayak membentuk lapisan yang terlalu tebal atau bergerak terlalu cepat. Disamping itu gerakan yang terlalu kuat dapat menyebabkan pengecilan ukuran akibat pengikisan terutama pada bahan yang lunak, dengan akibat efisiensi pengayakan yang diperoleh tidak benar.
Pada setiap proses pengayakan bahan atau ayaka harus digearan. Cara yang paling sederhana untuk melakukannya adalah dengan menggunakan ayakan tunggal yang diam dan menggetarkan bahan diatas ayakan dengan tangan. Cara ini biasanya tidak dipakai untuk melakukan klasifikasi yang sesungguhnya, melainkan untuk memisahkan aglomerat-aglomerat yang tidak diinginkan, yaitu dengan menekan bahan pada ayakan hingga hancur atau membuangnya dengan tangan. Konstruksi sederhana yang serupa dimiliki oleh ayakn yang luncur yang dipasang miring. Oleh alat penggerek eksentrik, alat penggerek tidak seimbang atau bergerak elektromagnetik, ayakan diayun-ayunkan dalam arah horizontal atau dalam arah vertikal lurus atau vertikal melingkar. Mesin pengayakan demikian dapat dilengkapi dengan satu atau lebih ayakan dan biasanya bekerja secara kontinyu. Bahan yang tertinggal dan bahan yang lolos dikeluarkan dari mesin secara terpisah. Mesin-mesin itu misalnya mesin pengayak kocok, mesin pengayak getar, mesin pengayak ayun, mesin pengayak tromol atau separator
Proses pengayakan merupakan penanganan bahan yang efisien dimana pergerakan bahan dengan efisiensi tinggi pada waktu yang tepat dalam jumlah yang sesuai dengan yang diisyaratkan serta memiliki ukuran yang sama.




1.9       Kesimpulan
1.    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar amilum dalam jagung adalah 3,61 %.
2.    Berat awal simplisia = 18 gram
·         Menggunakan ayakan 80 mesh tersisa 17,44 gram
ü  Sisa                  : 17,44/18 x 100 % = 96,8 %
ü  Hasil Ayakan    : 100 % - 96,8 % = 3,2 %
·         Menggunakan ayakan 40 mesh tersisa 10,52 gram
ü  Sisa                  : 10,52/18 x 100 % = 58,44 %
ü  Hasil Ayakan    : 100 % - 58,44 = 41,56 %
·         Menggunakan ayakan 20 mesh tersisa 7,20 gram
ü  Sisa                  : 7,20/18 x 100 % = 40 %
ü  Hasil Ayakan    : 100 % - 40 % = 60 %











DAFTAR PUSTAKA

1.    Fessenden,  J.  R.  Dan  Fessenden,  S.  J.,  1999Kimia Organik Edisi Ketiga,  Erlangga, Jakarta.
2.    Hutagalung, Halomoan, 2004, Karbohidrat, Jurnal Ilmu Gizi, (online)1(1), hal. 1-3.
3.    Meynyeng, 2010, Amilum Kentang, (online) (amilum kentang « meyNyeng.htm), diakses pada tanggal 21 April 2012 pukul 17:35.
4.    Poedjiadi, A., dan Supriyanti, T.,2009, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
5.    Teja, Albert, Ignatius Sindi P., Aning Ayucitra, dan Laurentia E. K. Setiawan, 2008,           Karakteristik Pati Sagu dengan Metode Modifikasi Asetilasi danCross-     Linking, Jurnal Teknik Kimia, (online) 3 (7), hal. 2.
Kelompok Kerja Penyusun Materia Medika Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta ; hal.327
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta : hal.1045-1046. 




Read More..