AKU... 17.15

Aku pun menyadari itu, aku manusia, bukan malaikat yang ditugaskan untuk “bertakwa” (tunduk dan patuh) terhadap perintahNya, bukan juga superhero yang tampak superkuat. Aku layaknya manusia lainnya, yang pernah (atau sering?) mengeluh jika ada kejadian yang tidak mengenakkan, yang masih kurang bisa bersyukur (masih belajar), yang mungkin terlihat cerdas padahal masih bodoh, yang masih menyimpan banyak harapan dan impian (DAN berharap semua tercapai dan terbaik, padahal belum tentu).

Aku bukan ahli agama, tapi setidaknya aku mempunyai “sistem hidup” yang aku pegang saat ini, orang bilang religion/agama, aku bilang itu adalah “Dien”. Dien atau cara kita hidup. Nevertheless, aku selalu (ingin selalu) melibatkan Dia ke dalam hidupku, apapun itu, melihat dari sudut pandang Dia. Akan tetapi, ijinkan aku memanusiakan diri dulu untuk saat ini, tanpa mengabaikan Yang Maha Menciptakan.

Aku sedang ingin merasakan kehidupanku sekarang dan bagaimana mengisi hari-hariku kedepannya. Entah kenapa, yang acapkali aku lihat hanya masalah-masalah yang bertubi-tubi datang. Kali ini sungguh berat, terasa menyesakkan, mungkin karena apa yang aku inginkan belum juga tercapai. Aku tidak bermaksud “dagang derita” disini. Hanya ingin menumpahkan isi pikiranku, semoga bisa menjadi sesuatu di kemudian hari.

Semua keluarga bahagia dengan caranya masing-masing, dan sebuah keluarga juga tidak bahagia dengan caranya sendiri.

Begitulah aku kutip dari “Anna Karenina” karya Leo Tolstoy. Ini adalah salah satu yang masih belum terlihat jalan keluarnya. Aku melihatnya rumit, sampai-sampai aku sudah jenuh dan malas berhadapan dengan yang satu ini.

Masalahku berlanjut dengan rencana-rencanaku kedepannya, pekerjaan, cita-cita, calon pasangan, obsesi. Semuanya masih buram. Aku sudah merasa mencoba semua yang ada, memilih beberapa jalan, mencoba menjalani, tetapi yang aku harapkan belum kunjung datang. Aku tiba di titik terendah, merasa useless, kosong, dan menyerah. Aku rasa aku memang harus melewati masa-masa ini. Besarkan hatimu sendiri, dan katakan, “Hidup itu seperti roda, berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan, bersama kemudahan itu juga ada kesulitan.”

Masalah besarku di atas menjadi terlihat pelik, dan aku menyerah, capek, gak tau harus berbuat apa lagi. Tapi hey! Masalah besar itulah yang memanusiakan kita. Mendewasakan kita. Memberikan kita pengalaman. Pengalaman adalah mengenai bagaimana menghadapi, menjalani, dan mengatasinya. Itulah definisi pengalaman. Masalah sebagai ujian dan tempaan dari Yang Maha Kuasa, antara Dia sedang “mendetoks” diri kita dari dosa atau menaikkan derajat kita di hadapanNYA. Aku coba hujamkan itu dalam-dalam, walau sulit, dan harus sering dilakukan.

Masalah memberiku waktu sejenak untuk sendiri. Benar-benar sendiri. Sampai akhirnya aku menangkap diriku sendiri menangis. Ya! Aku menangis, tidak sebentar memang, tapi setidaknya itu bisa membuatku lebih siap untuk menghadapi esok hari dengan lebih tegar. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, menangis karena capek.

Emosiku cenderung naik turun, kadang terlalu sanguinis, kadang jadi melodramatik. Saat itulah aku mengharapkan penerimaan dari orang lain atas kondisiku saat ini. Akan tetapi, aku selalu ingin terlihat baik-baik saja. Sekarang aku lelah memegang “topeng” ini. So? Bodo amat dengan apa pandangan mereka. Aku sedang memanusiakan diri. Aku sedang tidak ingin bertoleransi dengan hal-hal yang tidak aku inginkan. Termasuk sikap dia akhir-akhir ini yang berubah tanpa aku tau sebabnya. Membiarkannya masuk melalui celah yang sempat terbuka, dan berubah tanpa ada alasan yg kutau. Mungkin aku tidak sesuai dengan ekspektasinya. Well, maaf mengecewakan dan membosankanmu dengan uneg2 yang sering aku sampaikan. Sepertinya aku selalu menyusahkanmu sehingga membuatmu menjauh.

Kekesalanku memuncak dan meradang. Akhirnya aku kembali sendiri, kembali membaca buku-buku yang mampu membangkitkan semangatku. Mitch Albom, Paulo Coelho, beberapa jurnal sains, dan Noble Qur’an.

Ternyata aku memang selalu merasa sendiri. Hidup adalah tentang orang-orang yang pergi.

Ada apa dengan aku akhir-akhir ini? | Mencoba memanusiakan diri dan menerima.

Dan aku ingin berbicara tentang dunia…

Read More..